Trend usaha toko online yang semakin menjamur akhir-akhir ini telah melahirkan sistem pemasaran baru, yaitu sistem dropship. Dibandingkan sistem reseller, sistem dropship dikenal mempunyai beberapa kelebihan terutama bagi mereka yang ingin berjualan online tapi tak punya tidak sedikit modal.
Perbedaan Reseller dan Dropship
Jika pada pemasaran konvensional, reseller (pengecer) harus menyetok barang yang akan dijualnya dengan membeli barang dalam jumlah tidak sedikit ke pemasok, maka dengan sistem dropship, pengecer tidak perlu repot-repot melakukan stok barang sendiri, melainkan ia hanya bertugas mencari calon pembeli dan menghubungkannya dengan pemilik barang (pemasok). Di artikel kali ini, kita tak akan mengupas secara mendalam kedua sistem pemasaran tersebut, kita cuma bakal membahas tentang perbedaan reseller dan dropship.Untuk memudahkan pemahaman Kamu mengenai perbedaan reseller dan dropship, silakan perhatikan skema di bawah ini dan bandingkan dengan skema di atas!
Dengan kedua skema di atas, kita pastinya bisa membayangkan apa saja perbedaan reseller dan dropship ditinjau dari keunggulan dan kelemahannya. Perbedaan tersebut contohnya terletak pada stok barang, kebutuhan modal, besaranya risiko dan keuntungan, serta pelayanan konsumen dan strategi pemasaran yang digunakan keduanya.
Perbedaan | Reseller | Dropship |
Stok barang | Bisa mengelola stok | Tidak perlu menyetok barang |
Modal | Harus memiliki modal yang cukup | Tidak memerlukan modal |
Risiko | Memiliki resiko kalau produk tidak laku atau tak terjual | Memiliki resiko jika produk tidak laku atau tidak terjual |
Keuntungan | Lebih besar | Lebih kecil |
Strategi pemasaran | Menawarkan barang secara langsung dengan memperlihatkan produknya | Promosi secara langsung kurang efektif karena tidak mempunyai produk fisiknya |
Pelayanan konsumen | Kerepotan dengan proses pelayanan terhadap konsumen | Tidak dibingungkan dengan proses packaging ataupun pengiriman barang |
1. Stok Barang
Perbedaan mendasar antara dropshiper dan reseller terletak pada ada tidaknya stok barang. Reseller wajib melakukan pembelian barang sebagai stok dalam jumlah tidak sedikit kepada pemasok. Pembelian dilakukan dalam jumlah banyak biar harga barang yang diperolehnya kompetitif sehingga margin atau selisih harga pembelian dengan harga penjualan yang didapat semakin besar.Adapun dropship tidak perlu melakukan stok barang. Barang sudah distok oleh pemasok dan dropshiper cuma bertugas untuk mencari konsumen dan menghubungkannya pada agen. Dengan kata lain, dropship hanya berperan sebagai makelar.
2. Modal
Karena membutuhkan pembelian barang dalam jumlah banyak sebagai stok, maka reseller berarti juga membutuhkan modal yang cukup banyak pula. Sementara dropshiper tidak membutuhkan modal untuk pembelian stok barang.3. Keuntungan
Perbedaan reseller dan dropship juga terletak pada gede keuntungan yang diperoleh keduanya. Keuntungan yang diperoleh reseller umumnya lebih banyak karena ia memperoleh harga yang super kompetitif melewati pembelian jumlah tidak sedikit kepada pemasok. Lantaran harga modal per-barang murah, maka reseller lebih leluasa untuk menjual barangnya dengan selisih yang lebih tinggi, sehingga margin keuntungan yang diperolehnya semakin besar.Sementara daripada reseller, dropshiper hanya akan mendapatkan keuntungan yang lebih kecil. Harga modal barang yang ditentukan oleh pemasok biasanya terbilang tinggi dibanding harga grosir, oleh karena itu dropshiper tidak bisa menjual barangnya dengan mengambil keuntungan yang terlalu tinggi.
4. Risiko
Semakin tidak kecil keuntungan suatu usaha, maka akan semakin tidak kecil juga resiko yang dapat ditanggung oleh usaha tersebut. Pepatah ini mungkin ada benarnya. Dalam sistem reseller, seorang pengecer memang akan mendapatkan keuntungan lebih besar, bakal tetapi jika barang yang telah distoknya tak laku, maka tentu ia bakal menderita kerugian. Sementara dalam sistem dropship, seorang dropshiper tidak akan menanggung risiko barang yang tak laku.5. Strategi Pemasaran
Seorang reseller tidak hanya dapat melakukan penjualan barang secara online, ia juga dapat menjajakan dagangannya secara offline dengan menawarkannya pada orang lain di sekitarnya. Fisik atau bukti barang yang dijual dapat langsung dilihat oleh calon pembeli sehingga kemungkinan untuk memperoleh pelanggan baru semakin besar.Sementara dalam sistem dropship, dropshiper cuma bertujuan pada penjualan barang secara online. Ia tidak dapat menunjukan bukti barang yang dijualnya jika terdapat tetangga atau kerabat yang membutuhkan barang yang dia jual.
6. Pelayanan Konsumen
Seorang reseller, selain bertugas mencari calon pembeli, dia juga mengurusi proses packing (pengemasan) dan pengiriman barang. Sedangkan seorang dropshiper tak perlu repot mengurusi packing dan segala macamnya. Ia cuma bertugas mencari pelanggan dan menghubungi pihak pemasok, sehingga pekerjaannya lebih sederhana.Nah, itulah sejumlah perbedaan reseller dan dropship. Cukup bisa dipahami bukan? Kedua sistem ini memang memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kamu bisa memilih salah satu di antaranya dengan menyesuaikan kapasitas Anda sebagai calon penjual online. Kamu tahu sistem mana yang sesuai untuk Anda. Semoga berguna!
0 komentar:
Posting Komentar